PROLOG
Libur akhir tahun adalah saat yang dinanti oleh semua orang. Meskipun pengeluaran akan bertambah, tapi hati tetap senang menantikannya.
Tak terkecuali keluarga AYBUCICA. Sejak hari perpulangan dari pondok, mereka sudah banyak melakukan kegiatan bersama. Cici, yang sejak awal ingin sekali bisa mengendarai sepeda motor, mulai berlatih. Dirumah tidak ada sepeda motor matic, yang ada hanyalah sepeda motor dinas milik ayah, which is, plat merah, yang tidakboleh di bawa kemana-mana kecuali ke kantor ayah, dan sebuah sepeda motor cowok.
Sejak Cici minta belajar naikmotor, Bubu sudah mulai memikirkan motor apa yang bisa dipakai. Ahasil, Bubu menukar motor cowoknya dengan motor Om Adit dengan berbagai service dan perbaikan disana-sini.
Pagi pertama dirumah, keluarga AYBUCICA pergi ke pasar Bintoro untuk berbelanja. Caca ingin sekali makan cumi asam manis, sehingga Ayah mengajak semua orang pergi berbelanja dipagi hari. Jam 5 pagi.
Sesudah sholat Subuh, semua anggota keluarga pergi ke pasar. Mereka berbelanja sayur, berbagai macam bumbu, dan tidak lupa cumi. Setelah dirasa semua lengkap, mereka pun pulang.
Pagi berikutnya, Bubu mengajak Cici ke sekolah. Mereka mengendarai sepeda motor Om Adit. Pagi itu, mereka melewati pematang sawah. Jalan di sepanjang pematang sawah sudah cor beton, sehingga aman digunakan untuk berlatih sepeda motor. Dan yang terpenting adalah, jalanannya sepi, sehingga Cici merasa aman berkendara. Ketika mendekati jalan yang lumayan padat, Cici akan menyerahkan kendali kembali kepada Bubu-nya.
Begitupun ketika pulang dari sekolah, Bubu akan duduk di juk depan, dan ketika mencapai jalan ang sepi, Cici akan menggantikan Bubu. Tapi pagi itu, ketika Cici mengendalikan sepeda motornya, di atidak mampu membelokkan stang sepeda motornya sehingga hampir menabrak gerobak soto di tepi jalan. Bubu yang kaget berterika, "REM!!! AAAAA,...."
Serentak orang-orang yang berada disekitar tempat itu menoleh kepada mereka. Beruntung karena Cici mampu menguasai rem dan motor berhenti terganjal trotoar.
Di lain hari, keluarga itu berlibur ke Solo. Merek aberangkat Sabu siang dan pulang Minggu malam. Mereka berkeliling kota Solo, melihat cantiknya lampion di sepanjang jalan menuju kraton, pergi sholat subuh di Masjid Al-Zayyed yang terkenal itu, dan sarapan bubur ayam didekat museum.
Sore harinya, mereka hang-out di roof-top Solo Square, menikmati senja dari atap gedung sambil menikmati snack dan membeli berbagai souvenir V-rus, yang ini Caca punya.
Mereka meninggalkan kota Solo malam, setelah sholat Isyak. Malam itu hujan deras mengguyur jalan tol Solo-Semarang. Bubu yang bertugas menyetir harus ekstra berhati-hati, sehingga mereka tidak bisa mempercepat laju kendaraan.
Sudah hampir tengah malam ketika mereka tiba dirumah. Tetapi alangkah terkejutnya mereka ketika mendapati sebuah mobil terparkir secara berantakan di garasi rumah mereka.
Keluarga AYBUCICA tingal disebuah kampung yang buntu. Rumah mereka berada di ujung jalan buntu tersebut. Alih-alih membangun pagar rumah, Ayah malah menyediakan halaman depan untuk membantu mobil yang putar-balik.
Dan malam ini, sebuah mobil terparkir dengan tidak-cantiknya di garasi tanpa pintu rumah mereka.
What the!!!!
BUBU
Duh, penat sekali, nyetir Demak-Solo-Demak selama 2 hari. Ditambah suasana hujan deras yang menghalangi pandangan mata, menambat tingkat ke-capek-an.
Setelah memasuki gerbang kota, aku baru bisa mengendarai mobil ini dengan santai. Hujan sudah tidak sederas tadi saat berada di jalan tol, tetapi masih setia mengguyur jalanan kota Demak. Begitu memasuki gapura kampung, aku sudah tidak menginjak pedal gas lagi. Mobil berjalan perlahan menuju rumahku.
Tapi betapa terkejutnya aku melihat sebuah mobil tergeletak dengan sembarangan di garasi rumahku. Ini mobil siapa? Berani-beraninya dia parkir di rumah orang. BIasanya apabila ada tetangga yang memarkir mobil, mereka melakukannya di jalan depan rumahku. Rumakhu berada di ujung kampung yang buntu, jadi tidak ada lalu lintas 2 arah disini. Sehingga jalan depan rumah biasa digunakan untuk parkir bagi kerabat yang membawa mobil bagi warga kampungku.
Tapi mobil ini sungguh kurang ajar. Bukannya parkir di jalan umum, dia malah masuk pekarangan orang sembarangan. parkir bebas lagi. Ini benar-benar bebas. Free style! Wow! Dimana sopan-santun pemilik mobil ini?
"Punya siapa sih mobil ini?" gerutuku.
"Sembarangan saja parkir di garasi orang!" lanjutku.
"Ayah ada di WA orang apa g? yg ijin mo naruh mobil. Enak aja gak ijin." suamiku kena semprot.
"Tidak ada yang WA ayah ni Bund." kata suamiku sambil membuka HP-nya.
"Ya sudah, diparkir di depan pintu saja mobilnya." katanya mengarahkan.
"Ini seperti mobilnya Parjo. Mungkin Pak Kyai yang menyuruhnya parkir disini. Secara, kita kan pergi menginap. Garasi terlihat kosong. Lampu teras menyala. Mungkin beliau berfikir kalau ada mobil di garasi, orang menyangka kita ada dirumah." dasar, si positif-thinker.
Akhirnya aku memarkir mobil di depan pintu masuk rumah. Iiih, sebel.
***
Keesokan paginya, Ayah yang punya kebiasaan memotong rumput dan menyapu halaman depan melakukan aktifitas seprti biasanya. Ketika sedang beraktifitas, dia melihat Parjo berjalan tergopoh-gopoh dan terlihat wajahnya yang cemas.
Parjo adalah tetanggaku yang tinggal di jalan masuk gang-ku. Dia adalah seorang bos mobil bekas. Mobilnya banyak berceceran dijalan sepanjang kampunku.
"Ada apa Jo?" sapa suamiku.
"Ya Allah, Mas. Lemes aku." katanya. Tapi wajahnya terlihat lega.
"Lha kenapa?"
"Kemarin aku menyuruh si Joni parkir mobil di jalan ini. Tadi aku ngecek, tak lihat dari ujun jalan sana, kok kosong? Gak ada mobilku. Eh, ternyata ada disini." Katanya sambi mengelus dadanya.
"Maksudnya gimana?"
"Jadi begini, kemarin ada orang mau lihat mobil yang di dalam garasi rumahku. Karena mobil ini ada didepannya, aku suruh si Joni parkir di pojok. Maksudku di pojokan jalan. Eh, malah di rumah pojok."
HADEH!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar