Pagi itu, disaat langit masih gelap, seperti biasanya, Bubu dan Ayah pergi berolah raga di lapangan sepakbola di ujung kampung. Hujan lebat semalam sukses membuat lapangan yang terawat itu membentuk kubangan-kubangan air di beberapa titik. Rumput dan tanah yang masih basah oleh hujan, ditambah embun pagi yang segar tak mengurangi semangat sepasang sejoli setengah baya tersebut.
"Rupanya kemarin rumpuntya habis di potong, Yah." Kata Bubu menunjuk ke arah potongan rumput yang berserakan. Ayah dan Bubu segera memulai aktifitas rutin mereka. berjalan mengelilingi lapangan sebanyak tiga kali putaran, ditambah satu kali putaran lari untuk Bubu dan dua kaliputaran lari untuk ayah.
Dengan bertelanjang kaki, mereka berdua menikmati belaian rumput yang terkadang kaku menusuk kulit, tetapi di beberapa bagian lapangan, tumbuh lebat dan lebut terasa di kaki. Putongan-potongan rumput yang basahpun mengiasi kaki mereka berdua. Bubu selalu menekuk celananya yang panjang agartidak basah atau kotor oleh rumput. Sesekali mereka melewati genangan air. Bukannya menghindar, mereka dengan sengaja menginjakkan kaki dengan keras sehingga genangan air hujan tersebut memercik dan mengotori celana. Sungguh kegiatan yang menyenangkan.
Cukup tigapuluh menit mereka berolah raga. Mereka kembali ke pinggir lapangan menuju sepeda motor yang mereka tinggalkan disana. Sambik memakai helm, Ayah mengingatkan Bubu, "Nanas-nya sudah habis, Bu."
"Oh, iya." Bubu teringat.
"Kita ke pasar dulu ya yah? Sekalian Bubu mau beli kerupuk."
Ayah mengangguk. Segera mereka meneggndarai motor berplat merah milik pemerintah yang dipercayakan kepada Ayah menuju ke pasar tradisional. Sesampainya dipasar, Ayah menghentikan motornya di depan lapak buah. Bubu segera turun dan memilih buah nanas yang akan diolah oleh Ayah.
Lapak buah itu adalah milik sepasang suami istri. Mereka berjualan dari pukul 2 atau 3 dinihari sampai dengan pukul 6 pagi, setelah para petugas pasar mengumumkan bahwa shift pagi sudah berakhir.
Saat sedang asyik memilih buah nanas, si Bapak pemilik lapak tiba-tiba menyapa, "Habis olah raga ya Bu?
"Iya," jawab Bubu
"Di alun-alun, Bu?"
"Mboten, di lapangan. Pripun, Pak?"
"Niku lo, kok samparane gopak suket sedaya."
"Oh, nggih. Lapangannya habis dipotong rumputnya." Jawab Bubu sambil membayar harga nanasnya.
Setelah selesai bertransaksi, Bubu pun menghampiri Ayah dan menyerahkan kresek berisi dua buah nanas agar di gantungkan di motor.
"Ngapain tadi si Bapak?" tanya Ayah terlihat tidak suka.
"Yang mana?" tanya Bubu bingung.
"Ngapain si Bapak lihat-lihat kaki Bubu?" Jelas Ayah.
"Oh, Bapak penjuall buah tadi tanya, habis olah raga? di alun-alun? Aku jawab di lapangan." Kata Bubu menjelaska.
"Dasar mata laki-laki tidak bisa lihat kaki putih saja!"